Jumat, 01 Agustus 2014

They Call Me Aciao.

Semua ini bermula saat pelajaran agama, guru agama kami, yaitu pak eko (tua) memberikan instruksi untuk membuat kelompok berdasarkan suku & ras. Gue bersekolah di tempat yang bermayoritas berisikan orang-orang chinese, sudah pasti kelompok chinese mendominasi kelas gue. Sedangkan kelompok gue yang berdomisil manusia pribumi, tentunya dipojokan pada saat itu, eerrm maksud gue, hanya gue yang dipojokan, yang lain enggak :'c. Dalang utama dari tindakan diskriminasi ini adalah salah satu teman karibku sendiri, yaitu Willi. Willi memang terkenal dengan tindakan ke-kampretan-nya, tapi tindakannya selalu didukung teman seperjuangan chinesenya (kali ini, gue dipojokan lagi.).
Willi akhirnya mulai angkat bicara, dia mengusulkan untuk mendirikan suatu grup, yang kemudian ingin dia namakan "no huana", sebenernya gue tau apa arti huana sebelum diberitahu oleh mereka (baca: kelompok chinese), tapi gue tidak yakin dengan kesotoyan gue, sehingga gue memutuskan untuk bertanya kepada mereka, karena pepatah pernah berkata: "Malu bertanya, Sesat Dijalan" (bahasa mandarinnya apaan ya?). Dan ternyata benar, huana : orang indonesia, ternyata mereka ingin mendirikan komunitas anti orang indonesia, damn it, willi!!.
Semenjak hari itu, ejekan bernada rasis di kelas guepun semakin ramai, semakin populer, semakin plus plus. Sehari tanpa dipanggil huana itu tampak mustahil semenjak kejadian itu, gue pun tidak tinggal diam, gue membalas ejekan mereka dengan "zhung guo ren". Walaupun begitu, kami tidak pernah menganggap hal tersebut serius, walaupun terkadang gue emosi karena mereka terlalu berlebihan (atau gue terlalu lebai). Walaupun gue memang sangat identik dengan pribumi, tetapi nyokap gue keturunan chinese, maka, gue juga merupakan chinese? Tapi mereka (Baca: kelompok chinese) sangat menentang keras dan tidak percaya bahwa gue memiliki keturunan chinese, ngggg.
Sedikit demi sedikit, akhirnya mereka mulai menerima keberadaan gue, hal tersebut dikarenakan Ius Sanguinis. Ius sanguinis adalah ius yang dianut oleh RRC, Ius sanguinis bernada "adalah hak kewarganegaraan yang diperoleh seseorang (individu) berdasarkan kewarganegaraan ayah atau ibu biologisnya" (source : Wikipedia). Saking "welcomenya" mereka sama gue, sampe-sampe mereka memberikan nama chinese kepada gue, awalnya gue berpikir positif,  ternyata mereka memberikan nama "Hei lanciao" yang berarti "tit*t item", kamprettttt. Akhrinya mereka menyingkatnya menjadi "aciao", sehingga gue dipanggil aciao, entahlah, nyokap gue aja enggak pernah kasih nama chinese ke gue, speechless. Tentu saja, gue tidak menerima nama itu, siapa coba yang mau terima nama "tit*t item", tong? -_-. Demikian kisah labilku, mana kisah labilmu? #AciaoMilikIbuPertiwi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar