Sabtu, 08 November 2014

Habis Aciao, Terbitlah Tweety...

Setelah hidup selama 16 tahun 2 bulan 15 hari 6 jam sekian detik (9 bulan 15 hari 18 jam sekian detik udah mau 17 sweet :3 ) <<abaikan, entah kenapa, gue bisa memiliki nama panggilan yang sangat absurd. Dulu sampai sekarang, nama panggilan gue oval, iya, bulet.... mendet, anget-anget, benyek, bau, jijik!! (kutipan dari pak gro). Di kalangan keluarga gue, tidak ada yang pernah menertawakan nama panggilan rumahan gue, tapi ketika gue berada di sekolah, nama panggilan ini sempat jadi bahan olokan waktu SD. Gue dibully habis-habisan... sama anak "esde". Maklum, segala hal waktu di esde itu semuanya dijadiin lucu, sense of humor-nya gak ada sama sekali, semuanya di ketawain, cowok deket sama cewek dikit langsung dicenging "CIEEE OVAL!". Gue tidak masalah dengan "cie", tapi gue tidak terima dengan kata "oval", karena itu sangat menurunkan moral saat berada dekat dengan si wewek. Tapi ah sudahlah, namanya juga anak esde. Konon, gue dipanggil oval, karena badan gue yang bulat, buntet, pendek.... dan sekarang gue masih tetep keukeuh untuk menjadi bulat, buntet, namun berpostur "agak" tinggi.
Setelah hidup tenteram selama 3 tahun waktu SMP, akhirnya gue harus melanjutkan sekolah di tingkat SMA. Gue berekspetasi akan berkoloni dengan orang-orang genius di SMA, ternyata gue salah besar. Nasi telah menjadi tinja, gue malah berkoloni dengan sekelompok manusia keturunan chinese yang absurd, bukan yang genius. Karena udah jadi tinja, gue tidak bisa kembali menjadi nasi, karena tinja strukturnya benyek, bau, jijik!! Sedangkan nasi memiliki tekstur yang lembut, wangi, dan mengenyangkan! #abaikan. Selama bergaul dengan kaum chinese absurd ini yang konon sangat kental bahasa mandarinnya, sesekali mereka menghina gue dengan bahasa mandarin... "lam pha!", "mei you lan chiao" dll. Gue kemudian mendeklarasikan bahwa gue memiliki darah keturununan orang chinese, dari mamah tercintah. Mereka terkejut, mereka langsung berunding. Mereka merundingkan nama mandarin yang cocok untuk gue, karena mereka heran gue tidak memiliki nama mandarin yang diberikan oleh orang tua gue. Akhirnya tercetuslah nama ""aciao" (usulan dari acit, si anak ngancit). Sebenarnya panggilan ini sangat "maksa", tapi gue hanya bisa pasrah menerimanya, asal usulnya bisa dibaca disini!.
Tahun ini Puji Tuhan gue naik kelas 11, dan syukur-syukur masih masuk ipa (mia). Dan ternyata gue masih harus berkoloni dengan para manusia-manusia chinese yang absurd ini (tambah personil pula), gue pasrah, nilai gue pasti jeblok lagi. Dan benar ternyata nilai mid semester gue jeblok (lagi). Di kelas ini pula gue mulai "rutin" dipanggil "aciao", dan sering dijadikan bahan diskriminasi  (mamah aku dibully :c). Tapi berbeda dengan rombongan cewek cabe-cabean di kelas ini, mereka malah memanggil gue "tweety", terkadang juga "tweety gosong" #asem. Gue sangat tidak mengerti dengan pola pikir wanita ini, bagaimana mungkin muka semacho ( baca: jelek, serem) ini, disama-samain sama tweety yang imut-imut, gak ngerti dah. Terkadang juga panggilan tweety bisa jadi "titit" kalo salah denger #serius, contohnya salah satu manusia terpesek di kelas gue,(panggil saja pesek), dia sangat sering memanggil gue "tweety gosong", dan kadang-kadang malah terdengar "titit gosong".

        "Tweety gosong!! HOI!!" ujar pesek.
        "Hah? Titit gosong?" gue
        "Kopok!" pesek.

Terkadang juga ada yang manggil "tweety itu lucu", malah jadi terdengar "titit itu lucu" #serius. Walaupun begitu, sebagai manusia yang taat pada Agama, gue tetap sabar menghadapi panggilan-panggilan absurd dari teman-teman gue ini. Terima kasih Ya Tuhan atas teman-teman yang absurd ini, tapi alangkah baiknya Engkau ambil mereka kembali #eh *ngacir*.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar