Senin, 09 Februari 2015

King of Modus

Chapter 1 : Abe, Son of Abok.

Dahulu kala, hidup seorang raja bernama Vincent Aurellio a.k.a Abe, son of Abok. Seperti Raja-raja lainnya, raja Abe juga merupakan seorang pangeran sebelum menjadi raja. Kini ia diwariskan tahta raja oleh Ayahnya, yaitu Grand King Abok. Abe juga memiliki seorang adik yang bernama Vrandy Aurellio a.k.a Abok Junior, son of Abok. Vrandy merupakan pangeran di Kerajaan Abe, tetapi ia tak berminat untuk menjadi raja seperti kakaknya. Vrandy tak sama seperti raja Abe, Vrandy tampak tak tertarik sama sekali dengan perempuan, ia tetap stay cool dihadapan para wanita, tanpa memberikan pertanda ada ketertarikan terhadap wanita, mungkin dia "Gay". Sedangkan raja Abe, punya 1001 cara untuk menakhlukan seluruh wanita yang ada di seantero Negeri Modus ( Abe's Kingdom, Three Brotherhood Kingdom, Aciao Village, dan Mucim Village).

Negeri Modus
Walaupun seluruh gadis seantero Negeri Modus jatuh cinta pada raja Abe, tak satupun yang dapat memenangkan hati raja Abe. Raja Abe seakan-akan hanya datang untuk bersenang-senang dengan para wanita, dan menaruh harapan yang besar pada wanita-wanita tersebut, yang bilamana memenangkan hati raja Abe, akan menjadi Ratu Abe's Kingdom. Tapi ujung-ujungnya, itu hanya PHP belaka, tidak ada yang pernah mendapatkan hati raja Abe, tidak akan!. Soal wanita yang sering dicari (baca:diphp-in) raja Abe, sudah cukup banyak, tetapi raja Abe sangat menyukai wanita-wanita yang tinggal di Aciao Village, yang konon merupakan tempat tinggal member jeketi dan sister-sister groupnya, Sebenarnya, Raja Abe sudah tertarik pada salah satu member jeketi yang sempat tinggal di Abe's Kingom, tetapi karena golden rule yang ditetapkan oleh JOTI, Raja Abe hanya boleh bersalaman dan high five dengan member tersebut, cipika cipiki aja enggak boleh, apalagi grepe-grepean, bisa dikroyok wota *eh,

Walaupun begitu, kegemaran raja Abe menakhlukan hati para wanita tidak pernah terhenti, putus 1 tumbuh 1000. Malah kegemarannya ini semakin menjadi-jadi, dan membuat raja Abe tergila-gila akan wanita. Hal ini membuat neraca ekonomi Abe's Kingdom merosot tajam menurun. Banyak demo-demo yang digencarkan oleh rakyat Abe's Kingdom, menuntut raja Abe untuk turun tahta, dan memberikan tahta raja kepada Pangeran Abok Junior. Rakyat menilai Pangeran Abok Junior lebih tampan, cool, dan subur daripada raja Abok yang gemar bermain bulu ditangkis-tangkis. Entah kenapa, raja Abe menolak dengan keras untuk memberikan tahta kerajaannya kepada Pangeran Abok Junior, Ia merasa adiknya belum cukup umur untuk menjadi raja, dan ia juga khawatir, adiknya akan ikut-ikutan Kim Jong Un menggunakan Bom nuklir untuk menyerang Three Brotherhood Kingdom. Rakyat pun nampaknya percaya dengan alibi raja Abe, dan memberikan sedikit nafas kepada raja Abe, untuk membenahi neraca perekonomian Abe's Kingdom. Janji hanyalah janji, raja Abe tetap melakukan kegemarannya, yaitu mendekati para wanita, atau lebih dikenal sebagai MODUS. Rakyatpun makin kecewa dengan kelakuan raja mereka yang tidak bijak, sehingga merekapun melabeli raja Abe sebagai "KING OF MODUS".

Sabtu, 08 November 2014

Habis Aciao, Terbitlah Tweety...

Setelah hidup selama 16 tahun 2 bulan 15 hari 6 jam sekian detik (9 bulan 15 hari 18 jam sekian detik udah mau 17 sweet :3 ) <<abaikan, entah kenapa, gue bisa memiliki nama panggilan yang sangat absurd. Dulu sampai sekarang, nama panggilan gue oval, iya, bulet.... mendet, anget-anget, benyek, bau, jijik!! (kutipan dari pak gro). Di kalangan keluarga gue, tidak ada yang pernah menertawakan nama panggilan rumahan gue, tapi ketika gue berada di sekolah, nama panggilan ini sempat jadi bahan olokan waktu SD. Gue dibully habis-habisan... sama anak "esde". Maklum, segala hal waktu di esde itu semuanya dijadiin lucu, sense of humor-nya gak ada sama sekali, semuanya di ketawain, cowok deket sama cewek dikit langsung dicenging "CIEEE OVAL!". Gue tidak masalah dengan "cie", tapi gue tidak terima dengan kata "oval", karena itu sangat menurunkan moral saat berada dekat dengan si wewek. Tapi ah sudahlah, namanya juga anak esde. Konon, gue dipanggil oval, karena badan gue yang bulat, buntet, pendek.... dan sekarang gue masih tetep keukeuh untuk menjadi bulat, buntet, namun berpostur "agak" tinggi.
Setelah hidup tenteram selama 3 tahun waktu SMP, akhirnya gue harus melanjutkan sekolah di tingkat SMA. Gue berekspetasi akan berkoloni dengan orang-orang genius di SMA, ternyata gue salah besar. Nasi telah menjadi tinja, gue malah berkoloni dengan sekelompok manusia keturunan chinese yang absurd, bukan yang genius. Karena udah jadi tinja, gue tidak bisa kembali menjadi nasi, karena tinja strukturnya benyek, bau, jijik!! Sedangkan nasi memiliki tekstur yang lembut, wangi, dan mengenyangkan! #abaikan. Selama bergaul dengan kaum chinese absurd ini yang konon sangat kental bahasa mandarinnya, sesekali mereka menghina gue dengan bahasa mandarin... "lam pha!", "mei you lan chiao" dll. Gue kemudian mendeklarasikan bahwa gue memiliki darah keturununan orang chinese, dari mamah tercintah. Mereka terkejut, mereka langsung berunding. Mereka merundingkan nama mandarin yang cocok untuk gue, karena mereka heran gue tidak memiliki nama mandarin yang diberikan oleh orang tua gue. Akhirnya tercetuslah nama ""aciao" (usulan dari acit, si anak ngancit). Sebenarnya panggilan ini sangat "maksa", tapi gue hanya bisa pasrah menerimanya, asal usulnya bisa dibaca disini!.
Tahun ini Puji Tuhan gue naik kelas 11, dan syukur-syukur masih masuk ipa (mia). Dan ternyata gue masih harus berkoloni dengan para manusia-manusia chinese yang absurd ini (tambah personil pula), gue pasrah, nilai gue pasti jeblok lagi. Dan benar ternyata nilai mid semester gue jeblok (lagi). Di kelas ini pula gue mulai "rutin" dipanggil "aciao", dan sering dijadikan bahan diskriminasi  (mamah aku dibully :c). Tapi berbeda dengan rombongan cewek cabe-cabean di kelas ini, mereka malah memanggil gue "tweety", terkadang juga "tweety gosong" #asem. Gue sangat tidak mengerti dengan pola pikir wanita ini, bagaimana mungkin muka semacho ( baca: jelek, serem) ini, disama-samain sama tweety yang imut-imut, gak ngerti dah. Terkadang juga panggilan tweety bisa jadi "titit" kalo salah denger #serius, contohnya salah satu manusia terpesek di kelas gue,(panggil saja pesek), dia sangat sering memanggil gue "tweety gosong", dan kadang-kadang malah terdengar "titit gosong".

        "Tweety gosong!! HOI!!" ujar pesek.
        "Hah? Titit gosong?" gue
        "Kopok!" pesek.

Terkadang juga ada yang manggil "tweety itu lucu", malah jadi terdengar "titit itu lucu" #serius. Walaupun begitu, sebagai manusia yang taat pada Agama, gue tetap sabar menghadapi panggilan-panggilan absurd dari teman-teman gue ini. Terima kasih Ya Tuhan atas teman-teman yang absurd ini, tapi alangkah baiknya Engkau ambil mereka kembali #eh *ngacir*.

Jumat, 01 Agustus 2014

They Call Me Aciao.

Semua ini bermula saat pelajaran agama, guru agama kami, yaitu pak eko (tua) memberikan instruksi untuk membuat kelompok berdasarkan suku & ras. Gue bersekolah di tempat yang bermayoritas berisikan orang-orang chinese, sudah pasti kelompok chinese mendominasi kelas gue. Sedangkan kelompok gue yang berdomisil manusia pribumi, tentunya dipojokan pada saat itu, eerrm maksud gue, hanya gue yang dipojokan, yang lain enggak :'c. Dalang utama dari tindakan diskriminasi ini adalah salah satu teman karibku sendiri, yaitu Willi. Willi memang terkenal dengan tindakan ke-kampretan-nya, tapi tindakannya selalu didukung teman seperjuangan chinesenya (kali ini, gue dipojokan lagi.).
Willi akhirnya mulai angkat bicara, dia mengusulkan untuk mendirikan suatu grup, yang kemudian ingin dia namakan "no huana", sebenernya gue tau apa arti huana sebelum diberitahu oleh mereka (baca: kelompok chinese), tapi gue tidak yakin dengan kesotoyan gue, sehingga gue memutuskan untuk bertanya kepada mereka, karena pepatah pernah berkata: "Malu bertanya, Sesat Dijalan" (bahasa mandarinnya apaan ya?). Dan ternyata benar, huana : orang indonesia, ternyata mereka ingin mendirikan komunitas anti orang indonesia, damn it, willi!!.
Semenjak hari itu, ejekan bernada rasis di kelas guepun semakin ramai, semakin populer, semakin plus plus. Sehari tanpa dipanggil huana itu tampak mustahil semenjak kejadian itu, gue pun tidak tinggal diam, gue membalas ejekan mereka dengan "zhung guo ren". Walaupun begitu, kami tidak pernah menganggap hal tersebut serius, walaupun terkadang gue emosi karena mereka terlalu berlebihan (atau gue terlalu lebai). Walaupun gue memang sangat identik dengan pribumi, tetapi nyokap gue keturunan chinese, maka, gue juga merupakan chinese? Tapi mereka (Baca: kelompok chinese) sangat menentang keras dan tidak percaya bahwa gue memiliki keturunan chinese, ngggg.
Sedikit demi sedikit, akhirnya mereka mulai menerima keberadaan gue, hal tersebut dikarenakan Ius Sanguinis. Ius sanguinis adalah ius yang dianut oleh RRC, Ius sanguinis bernada "adalah hak kewarganegaraan yang diperoleh seseorang (individu) berdasarkan kewarganegaraan ayah atau ibu biologisnya" (source : Wikipedia). Saking "welcomenya" mereka sama gue, sampe-sampe mereka memberikan nama chinese kepada gue, awalnya gue berpikir positif,  ternyata mereka memberikan nama "Hei lanciao" yang berarti "tit*t item", kamprettttt. Akhrinya mereka menyingkatnya menjadi "aciao", sehingga gue dipanggil aciao, entahlah, nyokap gue aja enggak pernah kasih nama chinese ke gue, speechless. Tentu saja, gue tidak menerima nama itu, siapa coba yang mau terima nama "tit*t item", tong? -_-. Demikian kisah labilku, mana kisah labilmu? #AciaoMilikIbuPertiwi.

Kamis, 10 Juli 2014

Satu atau Dua, Tegas atau Merakyat?

Kemarin, tepat tanggal 9 Juli 2014, negara kita baru saja mengadakan Pilpres. Tidak seperti Pilpres sebelumnya, pasangan Capres-Cawapres tahun ini cuman ada 2, pasti sudah kebayangkan gimana ketatnya persaingan. Ya seperti lu ketahui sendiri, masyarakat Indonesia terlalu fanatik/berlebihan dalam mendukung capres dan cawapres, caci maki di twitter, path, bbm, facebook, ask.fm(socmed tanya-jawab aja bisa saling caci maki, Indonesia bro!), dan socmed lainnnya. Wajar aja sih, kalo masyarakat Indonesia enggak maju-maju, hehe, tapi sudahlah.Gue akan mengibaratkan dua pasangan capres-cawapres ini sebagai masa lalu dan masa depan.

Ok, kenapa gue bilang masa lalu? Seperti yang lu ketahui sendiri, pasangan nomor 1 diisukan pernah terlibat dalam kerusuhan 1998, dan ketika dia mulai naik lagi, mencalonkan diri doi menjadi presiden, isu tersebut dinaikin lagi dan lucunya Amerika sampai nuntut untuk melanjutkan kasus tersebut (Antara ada potensi pada prabowo, atau konspirasi?). Pasangannya, anaknya dibebasin dari hukuman sesudah.., ah sudahlah (No Offense untuk pendukung nomor 1). Mengingat masa lalu, pasangan nomor 1 bisa diibaratkan sebagai mantan, mungkin dulu mantan pernah melakukan kesalahan sama lu di masa lalu, sekarang pilihan berada di tanganmu, mau dimaafin atau dikacangin aja? Nah, kayak gitu Pasangan nomor 1. Udah dimaafin aja, Tuhan enggak suka sama orang pendendam *ngatjir sebelum dikira pendukung nomor 1*

Masa depan! Kenapa gue bilang masa depan? Karena gue rasa pasangan nomor 2 punya project yang cukup bagus untuk ke depannya, walaupun gue "masih" ragu dengan project mereka, tapi apa salahnya kasih kepercayaan sama nomor 2?. Tapi pasangan nomor 2, terkenal dengan "blusukan"-nya, sehingga dengan bebas pasangan nomor 2 tebar janji sana-sini sampai di ujung nusantara. Masa depan itu kayak gebetan, idaman tapi bisa aja cuman PHP, mungkin pasangan nomor 2 adalah yang "Ratu Adil" sudah ditunggu-tunggu masyrakat Indonesia, tapi apa bener, mereka berdua akan memajukan Indonesia? Belum tentu. *nyanyi salam dua jari*

Gue disini tidak berpihak sama kedua pasangan tersebut, buktinya gue golput waktu Pilpres (Ya iyalah bego, gue belum 17 tahun...). Tapi kalo memang boleh memilih, gue tidak akan milih alias golput, karena gue punya pandangan tersendiri sama dua pasangan ini, apalagi sama pendukungnya, risih banget dah. Untuk saat ini, gue enggak bisa percaya sama pemerintah, karena enggak ada yang namanya suatu pemerintahan 100 % bersih, pasti ada yang kotor. (Gak percaya? Tanya sama warga negara lain).

Dan satu hal lagi, quick count, ini menarik banget untuk dibahas :)). Gue sebenernya agak bingung, ada lembaga survey yang menyatakan nomor 1 menang pada beberapa stasiun tv (kalo enggak salah ada 4) dan lembaga survey lainnya menyatakan nomor 2 menang (8 lembaga survey kalo enggak salah). Belum memerintah aja, udah sukses membuat masyarakat indonesia pada pecah belah gitu, baru juga quick count, "lu pade kok ribut mulu sih?" hahaha. Yang gue khawatirkan, sesudah hasil diumumkan, kerusuhan kayak 1998 gitu terulang lagi, jangan sampe lah. Selain itu, beberapa stasiun tv memenangkan nomor 1 dan beberapa stasiun tv memenangkan nomor 2, Jelas dong, berarti dua pasangan ini berusaha menguasai media. FYI, media-media diseluruh dunia ini, rata-rata DIPEGANG sama pemerintah, enggak percaya? tuh googling sana. Enggak bisa dipungkiri, media adalah satu-satunya tempat untuk "mencuci otak", wajar sih, jarang denger Dahlan Iskan korup, dll. Lah kok jadi melenceng jauh? haha, yang pasti, kekuatan media sudah sangat susah untuk dilawan, wajar kedua pasangan mencoba deketin media, kita cuman bisa pasrah dicuci otaknya tiap hari. Jadi udah paham, kenapa gue enggak percaya sama pemerintah, tuh udah dijelasin, Sekian dulu deh.. *ngatjir*

Minggu, 22 Juni 2014

Perbedaan Jaman SMA dan SMP

Sabtu kemarin gue baru saja menerima raport gue. Tentu gue sangat deg-degan, antara naik kelas atau tidak naik kelas. Konon katanya, di SMA naik kelas saja sudah sangat bersyukur, berbeda dengan jaman SMP yang sangat menginginkan ranking 10 besar. Hal tersebut tidak dapat gue bantah dan benar apa adanya, karena gue sangat merasakan hal tersebut. Dan Puji Tuhan, "untung" gue naik kelas.
Ketika gue sampai di rumah, gue kepikiran, kok jaman SMA dan SMP beda banget, dan berikut akan gue jabarkan beberapa perbedaan jaman SMA dan SMP.

1. "Nyet, Naik kelas gak lu?"
Ini yang kampret banget, ketika gue baru sampai di sekolah dan belum ngambil rapot, tiba-tiba langsung dijejelin pertanyaan "Nyet, Naik kelas gak lu?". Berbeda jauh dengan jaman SMP yang cuman bertanya "Lu merah berapa?", "Ranking berapa?". Ah, waktu berlalu dengan cepat.

2. Remedi Berjamaah (Apalagi Pelajaran Biologi!)
Mungkin diantara lu ada yang langsung pasrah sehabis ulangan harian dan berpikir "Nyet-nyet, pasti remed lagi nih! Kampret banget Ibu ini, ngasih soal susah banget si, bu!", dan beberapa hari kemudian hasil ulangan dibagikan, temen-temen lu pada gak tuntas dan tinggal lu yang masih digantung (baca: belum dibagiin), mungkin bakal terlintas di pikiran "Ah, fix nih kagak tuntas!". Nilai lu dibacakan, dan ternyata lu enggak tuntas juga, akhirnya satu kelas harus umroh (baca: remedi) ke ruang remedi bersama-sama di siang hari, cheers mate!.

3. "Kampret, nyesek banget nilai gue!"
Mungkin ini adalah worst feeling bagi para anak-anak SMA jaman sekarang, berbeda dengan jaman SMP yang nilainya kkmnya 75, dan nilai asli 74, secara otomatis lu bakal dituntasin, lah di SMA? Kalau kata willi " Jangan berharap, kalau enggak mau nyesek!", kali ini willi ada benarnya (biasanya dia paling sesat). Di SMA, Jangan pernah berharap guru akan memberikan bantuan nilai pas ulangan (kecuali pas bagi rapot ^^), memang dalam beberapa kasus, ada guru yang mau tuntasin, tapi sangat kecil kemungkinannya. Jadi poin ke 3 ini bisa jadi referensi untuk adek-adek yang mau masuk SMA supaya mikir-mikir dulu sebelum masuk SMA, mending bantuin mama gih beres-beres rumah atau jaga toko punya ortu, daripada entar nyesek karena nilai (

Okeh, gue rasa 3 saja udah cukup, karena 2 itu jokowi-jk? #Abaikan. Sebenarnya masih banyak yang bisa disebutkan, tapi gue harus memanfaatkan sisa 2 tahun lagi untuk belajar giat dan tekun (sounds like bullshit.), sehingga gue hanya menuliskan 3. Untuk lu yang tidak merasakan hal ini di tahun pertama lu sebagai anak SMA, mungkin ada yang salah pada diri lu (atau jangan-jangan gue yang salah?), coba lagi di kelas 11, ya!.

Note : 3 Hal diatas tidak akan berlaku untuk lu yang kutu buku, alim, dll. Bila sakit berlanjut, hubungi dokter #Abaikan.

Senin, 16 Juni 2014

4 Hari Terlama Dalam Hidup Gue (Day 1)

   Kemarin gue baru aja pulang dari Baturaja, iya, tempat pembuatan flashdisk kingstone itu (lah?). Tidak banyak pengalaman yang dapat diambil dari kemah kemarin, paling-paling pengalaman makan indomie 6 bungkus+1 pop mie dalam 4 hari, sudah cukup memberikan pengalaman bahwa makan indomie banyak-banyak emang kagak sehat ! #IniCeritaKuManaCeritaMu?.
   Gue berekspetasi, bahwa kemah kali ini bakal lebih menyenangkan dan menegangkan dari kemah SMP, tapi kenyataannya... ah sudahlah~ . Kami (anak kelas 10) naik bus ke baturaja, dan makan waktu sebanyak 7-8 jam untuk sampai kesana, emang cukup bosenin sih, tapi apadaya, gue harus bertahan. Gue bukan orang yang gampang tidur di kendaraan umum, kecuali kalo udah bener-bener ngantuk, artinya, gue sangat susah untuk dicabuli sepanjang perjalanan, yang ada malah gue mencabuli orang lain diperjalanan *ketawa setan*. Tapi kali ini, gue tidak  berani mencabuli teman sebangku gue, karena gue satu bus dengan anak-anak cewek dari kelas lain, sehingga harus memaksa gue untuk jaim dan sok cool. Dan ngomong-ngomong, selama perjalanan, gue hanya melihat 2 jenis pohon, iya, kalo enggak pohon sawit, ya pohon karet.
   Singkat cerita, akhirnya gue tiba di baturaja, dengan keadaan tidak tampan dan perut buncit. Gue menghirup nafas dalam-dalam, menikmati udara segar desa tegal arum sekaligus menikmati nasi bungkus sederhana pemberian sekolah gue, lumayan, namanya juga laper, enak gak enak, diembat aja... beda cerita kalau gebetan yang ngasih, semuanya jadi enak. Sesudah melahap habis nasi bungkus, gue diberi instruksi untuk mengganti pakaian seragam pramuka dan mengikuti upacara pembuka. Tapi gue sangat merasa keheranan, karena jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, dan kami belum mendirikan tenda, tapi kakak pembina masih menyuruh untuk mengikuti upacara #YaSudahlah.
   Sesudah mengikuti upacara, akhirnya kami mendirikan tenda. Kebetulan langit juga mendung, oh, rupanya langit juga tau, bahwa gue sedang galau setelah ngeliat gebetan lewat... #Curcol. Selama mendirikan tenda, gue seperti merasa, hanya ada gue dan dia pas mendirikan tenda, jadi kadang-kadang gue sering senyum-senyum masem sendiri yang akhirnya hampir membuat tenda jadi roboh... (kalau kejadian seperti ini terjadi, bakal ada dua reaksi dari tiap-tiap kubu #ceilah:)

1. Reaksi Tersangka
   
    "Ihhh... jadi malu... :$"

2. Reaksi Gebetan

    "Najis lu ya jadi cowok!"

   Enggak lama kemudian, rintik-rintik hujan pun makin terasa, yang akhirnya harus memaksa kami untuk bergegas. Setelah berhasil mendirikan tenda, lagu dora the explorer-pun berkumandang di telinga gue "berhasil!berhasil! HORE! we did it!", tunggu dulu, dimanakah bots? apakah kau melihatnya? #abaikan. Walaupun berhasil mendirikan tenda, kamipun harus tidur di aula, karena kondisi tenda yang enggak mendukung , seperti orang tua mu yang enggak ngedukung  hubungan kita... (kampret.). Kondisi di aula ternyata sangat berbeda jauh dengan aula cewek, di aula cowok, kami harus merasakan dinginnya lantai yang sedikit dibalut dengan karpet (<lebay banget<<tabok aja) sedangkan di aula cewek disediain kasur... kampret... Mau enggak mau, gue harus tidur di karpet itu dan akhirnya mengakhiri hari pertama kemah di pabrik flashdisk.

Minggu, 01 Juni 2014

Everybody Changing

Gue adalah remaja yang sangat memperhatikan lingkungan disekitar gue. Gue sangat ingat, dulu di depan rumah gue sering ada orang yang boker di got. Gue juga ingat bagaimana kedekatan si dudung dan maman ketika masih berteman. Dan gue ingat juga, seberapa nyeseknya diputusin sama dia .... #Curcol. Tapi mereka semua hilang, orang yang sering boker udah gak ada lagi, dudung dan maman udah gak jelas hubungannya, dan sekarang, gue udah enggak nyesek lagi ;).

People are right, everybody gonna change, even they not realize it. Gue tau, bahwa diri gue sendiri sudah berubah, tapi apakah orang lain menyadarinya? Mungkin ada beberapa menyadarinya dan ada yang tidak sama sekali, mungkin dia orang yang kurang peka, misalnya sama lingkungan, sosial, dan gebetan. Perubahan emang penting, tapi apakah perlu sampai total? Gue rasa tidak.

Ngomongin tentang perubahan, pasti juga ada masanya suatu pasangan, entah cewek atau cowoknya mulai berubah, berubah jadi sok cuek lah, ngebosenin lah, dan berubah jadi mantan (bener apa bener?). Sejujurnya gue juga mengalami hal seperti ini, gue bilang sama dia, "Kenapa lu berubah? Gue pengen lu yang dulu!" dan dia jawab "Gue enggak berubah kok, Lunya aja yang lebay." Gue hanya tertegun baca chat dia, dan cuman jawab "Iyadeh" *ngelap air mata*. Dan lu tau apa, beberapa menit kemudian, dia ngajak gue udahan, tapi gue menolak dan akhirnya dia pending sampe 2 minggu, dan akhirnya gue bener-bener berubah jadi mantan. Tapi gue rasa tidak semua seperti itu, itu berbanding terbalik sama banyaknya pelet yang lu minta sama mbah dukun, semakin banyak pelet, semakin langgeng hubungan lu. Jadi, pacaran sama mbah dukun bakal lebih langgeng sampe akhirat, dijamin!.

Selain perubahan diri, kita juga bakal ngalamin perubahan pergaulan. Gue dulu punya banyak temen waktu SMP, dan gue rasa mereka adalah temen sejati gue, kita sering nonton bareng, gathering, bahkan maen ToD (Truth or Dare). Tapi ketika gue mulai beranjak pake celana abu-abu, dan kebetulan sekolah kita ada beberapa yang berbeda, sehingga kita misah. Mungkin diawal-awal bulan, gue rajin ke sekolah mereka untuk gathering, tapi beberapa bulan kemudian, gue mulai merasa males untuk dateng. Dipikiran gue, kok gue terus yang ke sekolah mereka, merekanya kapan?. Sehingga gue mulai menjauh dari mereka, termasuk sama temen gue yang satu sekolah. I have no idea what I'm doing, tapi gue merasa biasa-biasa saja tanpa mereka, gue enjoy dengan teman baru gue, walaupun gak sebanyak dulu, gue sekarang lebih giat futsal sama temen baru gue. Sampai suatu ketika salah satu temen gue, mengatakan gue mulai sombong sama dia, dan gue tertegun baca itu, tapi gue rasa dia bener. Dan sekarang gue mulai kangen sama temen lama gue.

Gue rasa, perubahan itu memang penting, tapi tidak harus sampe total. Dan kita juga harus menerima perubahan orang lain, kita tidak boleh bereaksi terlalu berlebihan tentang perubahan mereka. Ini cuman tentang, bagaiman kita menanggapi perubahan mereka. Belajarlah gimana caranya nerima perubahan mereka, bukan menentang perubahan mereka. At least, I'll go home, pasti semua orang bakal kembali seperti dulu, seperti dulu yang lu inginkan.